MAKALAH STANDAR KOMPETENSI BIDAN
KOMPETENSI 9 : ASUHAN IBU DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Dari
data yang kami peroleh dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) bahwa angka kematian
ibu dan anak di Indonesia setiap tahun terus mengalami peningkatan, hal
tersebut tentu menjadi PR bagi seluruh tenaga medis di Indonesia khususnya
profesi bidan. Oleh karena itu sangat perlu bagi bidan maupun calon-calon bidan
untuk memahami dan memenuhi standar kompetensi kebidanan. Ada 9 standar
kompetensi kebidanan yang telah disah kan di Indonesia dan salah satunya adalah
mengenai “Asuhan Ibu dengan Gangguan Kesehatan Reproduksi”.
Ada
banyak faktor penyebab kematian ibu dan anak dan salah satunya karena adanya
gangguan kesehatan reproduksi pada ibu. Karena itu peran bidan sangatlah
penting mulai dari mensosialisasikan tentang kesehatan reproduksi sampai
perawatan bagi bayi yang lahir dengan kondisi ibu yang mengalami gangguan
reproduksi. Namun, tentunya seorang bidan harus lulus standar kompetensi
terlebih dahulu untuk melaksanakan perannya itu.
I.2 Rumusan Masalah
a. Apa
yang dimaksud dengan kompetensi kebidanan ?
b. Apa
saja contoh gangguan kesehatan reproduksi pada ibu ?
c. Bagaimana
cara penanganannya ?
d. Apa
saja mitos dan fakta kesehatan mengenai kesehatan reproduksi?
I.3
Tujuan dan Manfaat
Tujuan
pembuatan makalah ini adalah:
a. Mengetahui
standar kompetensi kebidanan di Indonesia.
b. Memahami
peranan bidan dalam asuhan ibu dengan gangguan kesehatan reproduksi.
c. Memahami
bagaimana cara menangani kelahiran dengan ibu yang mengalami gangguan kesehatan
reproduksi.
Manfaat
pembuatan makalah ini adalah:
a) Denagan
memahami standar kompetensi kebidanan dapat mengurangi angka kematian ibu dan
anak di Indonesia.
b)
Meningkatkan kesehatan dalam penanganan
kesehatan reproduksi.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Kompetensi Kebidanan
Pengertian kompetensi kebidanan
secara umum adalah pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiiki oleh
seorang bidan dalam melaksanakan praktik
kebidanan secara aman dan bertanggung
jawab pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Adapun syarat-syarat
kompetensi bidan diantaranya :
1) Keterampilan ilmu sosial dan kesehatan
masyarakat.
2) Prakonsepsi, KB dan Ginekologi.
3) Asuhan konseling dan selama kelahiran.
4) Asuhan selama persalinan dan kelahiran.
5) Asuhan ibu nifas dan menyusui.
6) Asuhan bayi baru lahir.
7) Asuhan bayi dan balita.
8) Kebidanan komunitas.
9) Asuhan ibu dengan gangguan kesehatan
reproduksi.
Adapun
syarat kompetensi bidan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah Asuhan Ibu dengan Gangguan Kesehatan
Reproduksi.
II.2 Asuhan Ibu dengan Gangguan
Kesehatan Reproduksi.
Ada
beberapa hal yang harus dipahami oleh bidan untuk memenuhi kompetensi bidan
dalam materi asuhan ibu dengan gangguan kesehatan reproduksi diantarnya
pengetahuan dan keterampilan dasar serta pengetahuan dan keterampilan tambahan.
II.2.1 Pengetahuan Dasar
a)
Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan
reproduksi,penyakit menular seksual (PMS),HIV/AIDS.
b)
Tanda dan gejala infeksi saluran kemih
serta penyakit seksual yang lazim terjadi.
c)
Tanda,gejala,dan penatalaksanaan pada
kelainan genekologi meliputi : keputihan,perdarahan tidak teratur dan penundaan
haid.
II.2.2 Keterampilan Dasar
a) Mengidentifikasi
gangguan masalah dan kelainan-kelainan sistem reproduksi.
b) Melaksanakan
pertolongan pertama pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
c) Melaksanakan
kolaborasi dan atau rujukan secara cepat dan tepat pada wanita/ibu dengan gangguan
sistem reproduksi.
d) Memberikan
pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada kelainan genekologi
meliputi : keputihan,perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
e) Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi
yang dilakukan.
II.2.3 Pengetahuan Tambahan
a) Mikroskop
dan penggunaannya
b) Teknik
pengambilan dan pengiriman sediaan Pap Smear.
II.2.4 Keterampilan Tambahan
a) Mempersiapkan
wanita menjelang klimakterium dan menopause.
b) Memberikan
pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus spontan (bila belum sempurna).
c) Menggunakan
mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina.
d) Mengambil
dan proses pengiriman sediaan Pap Smear.
II.3 Contoh-contoh Gangguan Kesehatan Reproduksi
dan Cara Penanganannya
II.3.1 HIV dan AIDS
Bagi ibu positif HIV, kehamilan dan kelahiran
bayi bisa merupakan kejadian yang sangat emosional. Penularan intrauterin dapat
terjadi selama kehamilan, kelahiran, atau menyusui. Diperkirakan bahwa ibu yang
baru saja terinfeksi atau ibu yang menderita Sindrom Imnunodefisiensi (AIDS) dapat lebih besar kemungkinannya
mendapat bayi yang terinfeksi. Ibu positif HIV memerlukan asuhan sensitif dari
semua staf, bimbingan, dan waktu khusus untuk bicara.
Selama stadium HIV individu bisa saja merasa
sehat dan tidak curiga bahwa mereka menderita penyakit. Pada stadium lanjut
sistem imun individu tidak mampu lagi menghadapi infeksi oportunistik dan
mereka terus menerus menderita penyakit minor dan mayor karena tubuhnya tidak
mampu memberi pertahanan.
§ Skrining
dan Pengobatan
Skrining
semakin pro-aktif dilakukan pada ibu hamil sebagai bagian sasaran nasional
pemerintah untuk mengurangi jumlah penularan ibu ke anak sampai 80% (DoH,2001
b).HIV diagnosis dengan uji darah anti bodi. Meskipun kondisi ini tidak dapat
disembuhkan, namun terapi obat, seperti terapi dengan antiretrovirus tampaknya
berhasil dalam menunda atau mengurangi beratnya infeksi dan mengurangi risiko
penularan pertikal HIV dari ibu ke bayi (Shaffer et al., 1999:Brock lehurst,
2002 a).
§ Asuhan
dalam Persalinan
a. Praktisi
harus menerapkan kewaspadaan universal apapun setatus HIV klein.
b. Sesaria
elektrik dapat mengurangi risiko penularan ke bayi sampai 50%.
§ Asuhan
Setelah Kelahiran
a. Menyusui
meningkatkan 2 kali risiko penularan sehingga susu buatan sangat
direkomendasikan (Dunn et al.,1992).
b. Melakukan
uji darah khusus yang dikenal sebagai reaksi rantai polimerase. Uji sensitif
ini dapat mendeteksi virus HIV sendiri dan bayi dapat dilakukan uji pada usia 3
bulan, kadang lebih dini ( AVERT, 2003).
c. Orang
tua harus dinasehati mengenai potensi manfaat untuk memulai terapi anti
retroviral.
II.3.2
Sifilis
Sifilis
meningkat sesuai dengan peningkatan HIV karena skrining dan pengobatan
antenatal rutin, maka efek penyakit ini bagi bayi sekarang menjadi jarang (Wang
Smaill 2000).
Sifilis,
yang gejala awalnya “Minor”, sering kali berkembang tanpa dilaporkan. Bila
penyakit ini di biarkan tanpa penangannan, penularan dapat terjadi selama
kehamilan yang biasanya selama trimester ke 3 atau selama kelahiran. Resiko
bagi bayi bisa sangat berat dan sampai keguguran, lahir mati, kelahiran
preterm, dan angka kematian perimata 20% (Wang dan smill 2000)
§ Tanda
dan Gejala
a. Primer-tungkak
tidak nyeri muncul selain pembesaran limfonodi.
b. Skunder-ruam
disekitar vulfa atau anus dan pembesaran limfonodi.
c. Sifilis
tersier mengenai saraf pusat dan sistem kardiovaskuler.
§ Skrining
dan Pengobatan
a. Sifilis
diuji saring dengan melakukan uji darah yang biasanya dilakukan pada ibu secara
rutin.
b. Penanganan
meliputi dosis besar selama 14 sampai 21 hari.
c. Setiap
pasangan seksual sebelumnya harus dihubungi dan di tangani.
§ Asuhan
setelah kelahiran
a. Bila
pengobatan pada ibu tidak diketahui, atau bila ibu tidak mendapat obat, ibu
harus mendapatka terapi (Walker, 2002)
b. Di
antara bayi yang selamat,banyak yang menderita sifilis, yang dapat menyebabkan
kecacatan fisik dan reterdasi mental (Enkin, 2000).
c.
II.4
Mitos dan Fakta Kesehatan
Mitos
|
Fakta
Kesehatan
|
Kanker
seviks sama dengan kanker rahim
|
Kanker
serviks dalah kanker yang tumbuh dari sel-sel serviks yang dapat berasal dari
sel-sel di leher rahim tetapi dapat pula tumbuh di sel-sel mulut rahim atau
keduanya.Sedangkan kanker rahim (kanker uterus) adalah tumor ganas yang
terdapat di endometrium (lapisan terdalam rahim, tempat menempelnya ovum atau
sel telur yang telah dibuahi).
|
Mengonsumsi
timun dapat menyebabkan keputihan lebih banyak bahkan dapat menyebabkan kista
|
Mentimun
secara medis tidak pernah terbukti sebagai penyebab keputihan atau becek pada
organ intim wanita. Mentimun memiliki banyak kandungan vitamin A, B dan C.
Selain itu mentimun juga memiliki kandungan mineral seperti mangan, silika,
dan potasium yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan kehalusan kulit
serta membantu pengobatan pada diabetes.
|
BAB
III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Di
Indonesia telah disahkan 9 kompetensi kebidanan yang harus dipahami dan
dipenuhi oleh bidan maupun calon bidan. Salah satu standar kompetensi tersebut
adalah mengenai asuhan bagi ibu dengan gangguan kesehatan reproduksi.
Dari
pembahasan dalam makalah dapat disimpulkan bahwa sebagai tenaga medis kita
harus bisa menyadarkan atau memberi penjelasan kepada seorang wanita terutama
pada ibu hamil karena, ibu hamil harus lebih bisa menjaga kesehatan terutama
pada organ reproduksi. Ibu hamil juga harus sering memeriksakan atau
berkonsultasi kepada tenaga kesehatan seperti bidan atau dokter, karena jika
organ reproduksi tidak terjaga dengan baik maka akan menimbulkan berbagai
penyakit dan berdampak buruk pada ibu atau bayi. BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Dari
data yang kami peroleh dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) bahwa angka kematian
ibu dan anak di Indonesia setiap tahun terus mengalami peningkatan, hal
tersebut tentu menjadi PR bagi seluruh tenaga medis di Indonesia khususnya
profesi bidan. Oleh karena itu sangat perlu bagi bidan maupun calon-calon bidan
untuk memahami dan memenuhi standar kompetensi kebidanan. Ada 9 standar
kompetensi kebidanan yang telah disah kan di Indonesia dan salah satunya adalah
mengenai “Asuhan Ibu dengan Gangguan Kesehatan Reproduksi”.
Ada
banyak faktor penyebab kematian ibu dan anak dan salah satunya karena adanya
gangguan kesehatan reproduksi pada ibu. Karena itu peran bidan sangatlah
penting mulai dari mensosialisasikan tentang kesehatan reproduksi sampai
perawatan bagi bayi yang lahir dengan kondisi ibu yang mengalami gangguan
reproduksi. Namun, tentunya seorang bidan harus lulus standar kompetensi
terlebih dahulu untuk melaksanakan perannya itu.
I.2 Rumusan Masalah
a. Apa
yang dimaksud dengan kompetensi kebidanan ?
b. Apa
saja contoh gangguan kesehatan reproduksi pada ibu ?
c. Bagaimana
cara penanganannya ?
d. Apa
saja mitos dan fakta kesehatan mengenai kesehatan reproduksi?
I.3
Tujuan dan Manfaat
Tujuan
pembuatan makalah ini adalah:
a. Mengetahui
standar kompetensi kebidanan di Indonesia.
b. Memahami
peranan bidan dalam asuhan ibu dengan gangguan kesehatan reproduksi.
c. Memahami
bagaimana cara menangani kelahiran dengan ibu yang mengalami gangguan kesehatan
reproduksi.
Manfaat
pembuatan makalah ini adalah:
a) Denagan
memahami standar kompetensi kebidanan dapat mengurangi angka kematian ibu dan
anak di Indonesia.
b)
Meningkatkan kesehatan dalam penanganan
kesehatan reproduksi.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Kompetensi Kebidanan
Pengertian kompetensi kebidanan
secara umum adalah pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiiki oleh
seorang bidan dalam melaksanakan praktik
kebidanan secara aman dan bertanggung
jawab pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Adapun syarat-syarat
kompetensi bidan diantaranya :
1) Keterampilan ilmu sosial dan kesehatan
masyarakat.
2) Prakonsepsi, KB dan Ginekologi.
3) Asuhan konseling dan selama kelahiran.
4) Asuhan selama persalinan dan kelahiran.
5) Asuhan ibu nifas dan menyusui.
6) Asuhan bayi baru lahir.
7) Asuhan bayi dan balita.
8) Kebidanan komunitas.
9) Asuhan ibu dengan gangguan kesehatan
reproduksi.
Adapun
syarat kompetensi bidan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah Asuhan Ibu dengan Gangguan Kesehatan
Reproduksi.
II.2 Asuhan Ibu dengan Gangguan
Kesehatan Reproduksi.
Ada
beberapa hal yang harus dipahami oleh bidan untuk memenuhi kompetensi bidan
dalam materi asuhan ibu dengan gangguan kesehatan reproduksi diantarnya
pengetahuan dan keterampilan dasar serta pengetahuan dan keterampilan tambahan.
II.2.1 Pengetahuan Dasar
a)
Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan
reproduksi,penyakit menular seksual (PMS),HIV/AIDS.
b)
Tanda dan gejala infeksi saluran kemih
serta penyakit seksual yang lazim terjadi.
c)
Tanda,gejala,dan penatalaksanaan pada
kelainan genekologi meliputi : keputihan,perdarahan tidak teratur dan penundaan
haid.
II.2.2 Keterampilan Dasar
a) Mengidentifikasi
gangguan masalah dan kelainan-kelainan sistem reproduksi.
b) Melaksanakan
pertolongan pertama pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
c) Melaksanakan
kolaborasi dan atau rujukan secara cepat dan tepat pada wanita/ibu dengan gangguan
sistem reproduksi.
d) Memberikan
pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada kelainan genekologi
meliputi : keputihan,perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
e) Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi
yang dilakukan.
II.2.3 Pengetahuan Tambahan
a) Mikroskop
dan penggunaannya
b) Teknik
pengambilan dan pengiriman sediaan Pap Smear.
II.2.4 Keterampilan Tambahan
a) Mempersiapkan
wanita menjelang klimakterium dan menopause.
b) Memberikan
pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus spontan (bila belum sempurna).
c) Menggunakan
mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina.
d) Mengambil
dan proses pengiriman sediaan Pap Smear.
II.3 Contoh-contoh Gangguan Kesehatan Reproduksi
dan Cara Penanganannya
II.3.1 HIV dan AIDS
Bagi ibu positif HIV, kehamilan dan kelahiran
bayi bisa merupakan kejadian yang sangat emosional. Penularan intrauterin dapat
terjadi selama kehamilan, kelahiran, atau menyusui. Diperkirakan bahwa ibu yang
baru saja terinfeksi atau ibu yang menderita Sindrom Imnunodefisiensi (AIDS) dapat lebih besar kemungkinannya
mendapat bayi yang terinfeksi. Ibu positif HIV memerlukan asuhan sensitif dari
semua staf, bimbingan, dan waktu khusus untuk bicara.
Selama stadium HIV individu bisa saja merasa
sehat dan tidak curiga bahwa mereka menderita penyakit. Pada stadium lanjut
sistem imun individu tidak mampu lagi menghadapi infeksi oportunistik dan
mereka terus menerus menderita penyakit minor dan mayor karena tubuhnya tidak
mampu memberi pertahanan.
§ Skrining
dan Pengobatan
Skrining
semakin pro-aktif dilakukan pada ibu hamil sebagai bagian sasaran nasional
pemerintah untuk mengurangi jumlah penularan ibu ke anak sampai 80% (DoH,2001
b).HIV diagnosis dengan uji darah anti bodi. Meskipun kondisi ini tidak dapat
disembuhkan, namun terapi obat, seperti terapi dengan antiretrovirus tampaknya
berhasil dalam menunda atau mengurangi beratnya infeksi dan mengurangi risiko
penularan pertikal HIV dari ibu ke bayi (Shaffer et al., 1999:Brock lehurst,
2002 a).
§ Asuhan
dalam Persalinan
a. Praktisi
harus menerapkan kewaspadaan universal apapun setatus HIV klein.
b. Sesaria
elektrik dapat mengurangi risiko penularan ke bayi sampai 50%.
§ Asuhan
Setelah Kelahiran
a. Menyusui
meningkatkan 2 kali risiko penularan sehingga susu buatan sangat
direkomendasikan (Dunn et al.,1992).
b. Melakukan
uji darah khusus yang dikenal sebagai reaksi rantai polimerase. Uji sensitif
ini dapat mendeteksi virus HIV sendiri dan bayi dapat dilakukan uji pada usia 3
bulan, kadang lebih dini ( AVERT, 2003).
c. Orang
tua harus dinasehati mengenai potensi manfaat untuk memulai terapi anti
retroviral.
II.3.2
Sifilis
Sifilis
meningkat sesuai dengan peningkatan HIV karena skrining dan pengobatan
antenatal rutin, maka efek penyakit ini bagi bayi sekarang menjadi jarang (Wang
Smaill 2000).
Sifilis,
yang gejala awalnya “Minor”, sering kali berkembang tanpa dilaporkan. Bila
penyakit ini di biarkan tanpa penangannan, penularan dapat terjadi selama
kehamilan yang biasanya selama trimester ke 3 atau selama kelahiran. Resiko
bagi bayi bisa sangat berat dan sampai keguguran, lahir mati, kelahiran
preterm, dan angka kematian perimata 20% (Wang dan smill 2000)
§ Tanda
dan Gejala
a. Primer-tungkak
tidak nyeri muncul selain pembesaran limfonodi.
b. Skunder-ruam
disekitar vulfa atau anus dan pembesaran limfonodi.
c. Sifilis
tersier mengenai saraf pusat dan sistem kardiovaskuler.
§ Skrining
dan Pengobatan
a. Sifilis
diuji saring dengan melakukan uji darah yang biasanya dilakukan pada ibu secara
rutin.
b. Penanganan
meliputi dosis besar selama 14 sampai 21 hari.
c. Setiap
pasangan seksual sebelumnya harus dihubungi dan di tangani.
§ Asuhan
setelah kelahiran
a. Bila
pengobatan pada ibu tidak diketahui, atau bila ibu tidak mendapat obat, ibu
harus mendapatka terapi (Walker, 2002)
b. Di
antara bayi yang selamat,banyak yang menderita sifilis, yang dapat menyebabkan
kecacatan fisik dan reterdasi mental (Enkin, 2000).
c.
II.4
Mitos dan Fakta Kesehatan
Mitos
|
Fakta
Kesehatan
|
Kanker
seviks sama dengan kanker rahim
|
Kanker
serviks dalah kanker yang tumbuh dari sel-sel serviks yang dapat berasal dari
sel-sel di leher rahim tetapi dapat pula tumbuh di sel-sel mulut rahim atau
keduanya.Sedangkan kanker rahim (kanker uterus) adalah tumor ganas yang
terdapat di endometrium (lapisan terdalam rahim, tempat menempelnya ovum atau
sel telur yang telah dibuahi).
|
Mengonsumsi
timun dapat menyebabkan keputihan lebih banyak bahkan dapat menyebabkan kista
|
Mentimun
secara medis tidak pernah terbukti sebagai penyebab keputihan atau becek pada
organ intim wanita. Mentimun memiliki banyak kandungan vitamin A, B dan C.
Selain itu mentimun juga memiliki kandungan mineral seperti mangan, silika,
dan potasium yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan kehalusan kulit
serta membantu pengobatan pada diabetes.
|
BAB
III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Di
Indonesia telah disahkan 9 kompetensi kebidanan yang harus dipahami dan
dipenuhi oleh bidan maupun calon bidan. Salah satu standar kompetensi tersebut
adalah mengenai asuhan bagi ibu dengan gangguan kesehatan reproduksi.
Dari
pembahasan dalam makalah dapat disimpulkan bahwa sebagai tenaga medis kita
harus bisa menyadarkan atau memberi penjelasan kepada seorang wanita terutama
pada ibu hamil karena, ibu hamil harus lebih bisa menjaga kesehatan terutama
pada organ reproduksi. Ibu hamil juga harus sering memeriksakan atau
berkonsultasi kepada tenaga kesehatan seperti bidan atau dokter, karena jika
organ reproduksi tidak terjaga dengan baik maka akan menimbulkan berbagai
penyakit dan berdampak buruk pada ibu atau bayi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar