Rabu, 08 Juni 2016

MAKALAH STANDAR KOMPETENSI BIDAN
KOMPETENSI 9 : ASUHAN IBU DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI




BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Dari data yang kami peroleh dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) bahwa angka kematian ibu dan anak di Indonesia setiap tahun terus mengalami peningkatan, hal tersebut tentu menjadi PR bagi seluruh tenaga medis di Indonesia khususnya profesi bidan. Oleh karena itu sangat perlu bagi bidan maupun calon-calon bidan untuk memahami dan memenuhi standar kompetensi kebidanan. Ada 9 standar kompetensi kebidanan yang telah disah kan di Indonesia dan salah satunya adalah mengenai “Asuhan Ibu dengan Gangguan Kesehatan Reproduksi”.
Ada banyak faktor penyebab kematian ibu dan anak dan salah satunya karena adanya gangguan kesehatan reproduksi pada ibu. Karena itu peran bidan sangatlah penting mulai dari mensosialisasikan tentang kesehatan reproduksi sampai perawatan bagi bayi yang lahir dengan kondisi ibu yang mengalami gangguan reproduksi. Namun, tentunya seorang bidan harus lulus standar kompetensi terlebih dahulu untuk melaksanakan perannya itu.

I.2  Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan kompetensi kebidanan ?
b.      Apa saja contoh gangguan kesehatan reproduksi pada ibu ?
c.       Bagaimana cara penanganannya ?
d.      Apa saja mitos dan fakta kesehatan mengenai kesehatan reproduksi?



I.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
a.       Mengetahui standar kompetensi kebidanan di Indonesia.
b.      Memahami peranan bidan dalam asuhan ibu dengan gangguan kesehatan reproduksi.
c.       Memahami bagaimana cara menangani kelahiran dengan ibu yang mengalami gangguan kesehatan reproduksi.
Manfaat pembuatan makalah ini adalah:
a)      Denagan memahami standar kompetensi kebidanan dapat mengurangi angka kematian ibu dan anak di Indonesia.
b)      Meningkatkan kesehatan dalam penanganan kesehatan reproduksi.












BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Kompetensi Kebidanan
            Pengertian kompetensi kebidanan secara umum adalah pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiiki oleh seorang  bidan dalam melaksanakan praktik kebidanan secara aman dan bertanggung  jawab pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Adapun syarat-syarat kompetensi bidan diantaranya :
1)         Keterampilan ilmu sosial dan kesehatan masyarakat.
2)         Prakonsepsi, KB dan Ginekologi.
3)         Asuhan konseling dan selama kelahiran.
4)         Asuhan selama persalinan dan kelahiran.
5)         Asuhan ibu nifas dan menyusui.
6)         Asuhan bayi baru lahir.
7)         Asuhan bayi dan balita.
8)         Kebidanan komunitas.
9)         Asuhan ibu dengan gangguan kesehatan reproduksi.
Adapun syarat kompetensi bidan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah Asuhan Ibu dengan Gangguan Kesehatan Reproduksi.




II.2 Asuhan Ibu dengan Gangguan Kesehatan Reproduksi.
Ada beberapa hal yang harus dipahami oleh bidan untuk memenuhi kompetensi bidan dalam materi asuhan ibu dengan gangguan kesehatan reproduksi diantarnya pengetahuan dan keterampilan dasar serta pengetahuan dan keterampilan tambahan.
II.2.1   Pengetahuan Dasar
a)      Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi,penyakit menular seksual (PMS),HIV/AIDS.
b)      Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual yang lazim terjadi.
c)      Tanda,gejala,dan penatalaksanaan pada kelainan genekologi meliputi : keputihan,perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.

II.2.2   Keterampilan Dasar
a)      Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan sistem reproduksi.
b)      Melaksanakan pertolongan pertama pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
c)      Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara cepat dan tepat pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
d)     Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada kelainan genekologi meliputi : keputihan,perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
e)       Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.


II.2.3   Pengetahuan Tambahan
a)      Mikroskop dan penggunaannya
b)      Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan Pap Smear.
II.2.4   Keterampilan Tambahan
a)      Mempersiapkan wanita menjelang klimakterium dan menopause.
b)      Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus spontan (bila belum sempurna).
c)      Menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina.
d)     Mengambil dan proses pengiriman sediaan Pap Smear.

II.3  Contoh-contoh Gangguan Kesehatan Reproduksi dan Cara     Penanganannya
II.3.1   HIV dan AIDS
 Bagi ibu positif HIV, kehamilan dan kelahiran bayi bisa merupakan kejadian yang sangat emosional. Penularan intrauterin dapat terjadi selama kehamilan, kelahiran, atau menyusui. Diperkirakan bahwa ibu yang baru saja terinfeksi atau ibu yang menderita Sindrom Imnunodefisiensi (AIDS) dapat lebih besar kemungkinannya mendapat bayi yang terinfeksi. Ibu positif HIV memerlukan asuhan sensitif dari semua staf, bimbingan, dan waktu khusus untuk bicara.
 Selama stadium HIV individu bisa saja merasa sehat dan tidak curiga bahwa mereka menderita penyakit. Pada stadium lanjut sistem imun individu tidak mampu lagi menghadapi infeksi oportunistik dan mereka terus menerus menderita penyakit minor dan mayor karena tubuhnya tidak mampu memberi pertahanan.

§  Skrining dan Pengobatan
Skrining semakin pro-aktif dilakukan pada ibu hamil sebagai bagian sasaran nasional pemerintah untuk mengurangi jumlah penularan ibu ke anak sampai 80% (DoH,2001 b).HIV diagnosis dengan uji darah anti bodi. Meskipun kondisi ini tidak dapat disembuhkan, namun terapi obat, seperti terapi dengan antiretrovirus tampaknya berhasil dalam menunda atau mengurangi beratnya infeksi dan mengurangi risiko penularan pertikal HIV dari ibu ke bayi (Shaffer et al., 1999:Brock lehurst, 2002 a).
§  Asuhan dalam Persalinan
a.       Praktisi harus menerapkan kewaspadaan universal apapun setatus HIV klein.
b.      Sesaria elektrik dapat mengurangi risiko penularan ke bayi sampai 50%.
§  Asuhan Setelah Kelahiran
a.       Menyusui meningkatkan 2 kali risiko penularan sehingga susu buatan sangat direkomendasikan (Dunn et al.,1992).
b.      Melakukan uji darah khusus yang dikenal sebagai reaksi rantai polimerase. Uji sensitif ini dapat mendeteksi virus HIV sendiri dan bayi dapat dilakukan uji pada usia 3 bulan, kadang lebih dini ( AVERT, 2003).
c.       Orang tua harus dinasehati mengenai potensi manfaat untuk memulai terapi anti retroviral.

II.3.2 Sifilis
Sifilis meningkat sesuai dengan peningkatan HIV karena skrining dan pengobatan antenatal rutin, maka efek penyakit ini bagi bayi sekarang menjadi jarang (Wang Smaill 2000).
Sifilis, yang gejala awalnya “Minor”, sering kali berkembang tanpa dilaporkan. Bila penyakit ini di biarkan tanpa penangannan, penularan dapat terjadi selama kehamilan yang biasanya selama trimester ke 3 atau selama kelahiran. Resiko bagi bayi bisa sangat berat dan sampai keguguran, lahir mati, kelahiran preterm, dan angka kematian perimata 20% (Wang dan smill 2000)
§  Tanda dan Gejala
a.       Primer-tungkak tidak nyeri muncul selain pembesaran limfonodi.
b.      Skunder-ruam disekitar vulfa atau anus dan pembesaran limfonodi.
c.       Sifilis tersier mengenai saraf pusat dan sistem kardiovaskuler.
§  Skrining dan Pengobatan
a.       Sifilis diuji saring dengan melakukan uji darah yang biasanya dilakukan pada ibu secara rutin.
b.      Penanganan meliputi dosis besar selama 14 sampai 21 hari.
c.       Setiap pasangan seksual sebelumnya harus dihubungi dan di tangani.
§  Asuhan setelah kelahiran
a.       Bila pengobatan pada ibu tidak diketahui, atau bila ibu tidak mendapat obat, ibu harus mendapatka terapi (Walker, 2002)
b.      Di antara bayi yang selamat,banyak yang menderita sifilis, yang dapat menyebabkan kecacatan fisik dan reterdasi mental (Enkin, 2000).
c.        
II.4 Mitos dan Fakta Kesehatan
Mitos
Fakta Kesehatan
Kanker seviks sama dengan kanker rahim
Kanker serviks dalah kanker yang tumbuh dari sel-sel serviks yang dapat berasal dari sel-sel di leher rahim tetapi dapat pula tumbuh di sel-sel mulut rahim atau keduanya.Sedangkan kanker rahim (kanker uterus) adalah tumor ganas yang terdapat di endometrium (lapisan terdalam rahim, tempat menempelnya ovum atau sel telur yang telah dibuahi).
Mengonsumsi timun dapat menyebabkan keputihan lebih banyak bahkan dapat menyebabkan kista
Mentimun secara medis tidak pernah terbukti sebagai penyebab keputihan atau becek pada organ intim wanita. Mentimun memiliki banyak kandungan vitamin A, B dan C. Selain itu mentimun juga memiliki kandungan mineral seperti mangan, silika, dan potasium yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan kehalusan kulit serta membantu pengobatan pada diabetes.












BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Di Indonesia telah disahkan 9 kompetensi kebidanan yang harus dipahami dan dipenuhi oleh bidan maupun calon bidan. Salah satu standar kompetensi tersebut adalah mengenai asuhan bagi ibu dengan gangguan kesehatan reproduksi.

Dari pembahasan dalam makalah dapat disimpulkan bahwa sebagai tenaga medis kita harus bisa menyadarkan atau memberi penjelasan kepada seorang wanita terutama pada ibu hamil karena, ibu hamil harus lebih bisa menjaga kesehatan terutama pada organ reproduksi. Ibu hamil juga harus sering memeriksakan atau berkonsultasi kepada tenaga kesehatan seperti bidan atau dokter, karena jika organ reproduksi tidak terjaga dengan baik maka akan menimbulkan berbagai penyakit dan berdampak buruk pada ibu atau bayi.BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Dari data yang kami peroleh dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) bahwa angka kematian ibu dan anak di Indonesia setiap tahun terus mengalami peningkatan, hal tersebut tentu menjadi PR bagi seluruh tenaga medis di Indonesia khususnya profesi bidan. Oleh karena itu sangat perlu bagi bidan maupun calon-calon bidan untuk memahami dan memenuhi standar kompetensi kebidanan. Ada 9 standar kompetensi kebidanan yang telah disah kan di Indonesia dan salah satunya adalah mengenai “Asuhan Ibu dengan Gangguan Kesehatan Reproduksi”.
Ada banyak faktor penyebab kematian ibu dan anak dan salah satunya karena adanya gangguan kesehatan reproduksi pada ibu. Karena itu peran bidan sangatlah penting mulai dari mensosialisasikan tentang kesehatan reproduksi sampai perawatan bagi bayi yang lahir dengan kondisi ibu yang mengalami gangguan reproduksi. Namun, tentunya seorang bidan harus lulus standar kompetensi terlebih dahulu untuk melaksanakan perannya itu.

I.2  Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan kompetensi kebidanan ?
b.      Apa saja contoh gangguan kesehatan reproduksi pada ibu ?
c.       Bagaimana cara penanganannya ?
d.      Apa saja mitos dan fakta kesehatan mengenai kesehatan reproduksi?



I.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
a.       Mengetahui standar kompetensi kebidanan di Indonesia.
b.      Memahami peranan bidan dalam asuhan ibu dengan gangguan kesehatan reproduksi.
c.       Memahami bagaimana cara menangani kelahiran dengan ibu yang mengalami gangguan kesehatan reproduksi.
Manfaat pembuatan makalah ini adalah:
a)      Denagan memahami standar kompetensi kebidanan dapat mengurangi angka kematian ibu dan anak di Indonesia.
b)      Meningkatkan kesehatan dalam penanganan kesehatan reproduksi.












BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Kompetensi Kebidanan
            Pengertian kompetensi kebidanan secara umum adalah pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiiki oleh seorang  bidan dalam melaksanakan praktik kebidanan secara aman dan bertanggung  jawab pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Adapun syarat-syarat kompetensi bidan diantaranya :
1)         Keterampilan ilmu sosial dan kesehatan masyarakat.
2)         Prakonsepsi, KB dan Ginekologi.
3)         Asuhan konseling dan selama kelahiran.
4)         Asuhan selama persalinan dan kelahiran.
5)         Asuhan ibu nifas dan menyusui.
6)         Asuhan bayi baru lahir.
7)         Asuhan bayi dan balita.
8)         Kebidanan komunitas.
9)         Asuhan ibu dengan gangguan kesehatan reproduksi.
Adapun syarat kompetensi bidan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah Asuhan Ibu dengan Gangguan Kesehatan Reproduksi.




II.2 Asuhan Ibu dengan Gangguan Kesehatan Reproduksi.
Ada beberapa hal yang harus dipahami oleh bidan untuk memenuhi kompetensi bidan dalam materi asuhan ibu dengan gangguan kesehatan reproduksi diantarnya pengetahuan dan keterampilan dasar serta pengetahuan dan keterampilan tambahan.
II.2.1   Pengetahuan Dasar
a)      Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi,penyakit menular seksual (PMS),HIV/AIDS.
b)      Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual yang lazim terjadi.
c)      Tanda,gejala,dan penatalaksanaan pada kelainan genekologi meliputi : keputihan,perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.

II.2.2   Keterampilan Dasar
a)      Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan sistem reproduksi.
b)      Melaksanakan pertolongan pertama pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
c)      Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara cepat dan tepat pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
d)     Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada kelainan genekologi meliputi : keputihan,perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
e)       Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.


II.2.3   Pengetahuan Tambahan
a)      Mikroskop dan penggunaannya
b)      Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan Pap Smear.
II.2.4   Keterampilan Tambahan
a)      Mempersiapkan wanita menjelang klimakterium dan menopause.
b)      Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus spontan (bila belum sempurna).
c)      Menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina.
d)     Mengambil dan proses pengiriman sediaan Pap Smear.

II.3  Contoh-contoh Gangguan Kesehatan Reproduksi dan Cara     Penanganannya
II.3.1   HIV dan AIDS
 Bagi ibu positif HIV, kehamilan dan kelahiran bayi bisa merupakan kejadian yang sangat emosional. Penularan intrauterin dapat terjadi selama kehamilan, kelahiran, atau menyusui. Diperkirakan bahwa ibu yang baru saja terinfeksi atau ibu yang menderita Sindrom Imnunodefisiensi (AIDS) dapat lebih besar kemungkinannya mendapat bayi yang terinfeksi. Ibu positif HIV memerlukan asuhan sensitif dari semua staf, bimbingan, dan waktu khusus untuk bicara.
 Selama stadium HIV individu bisa saja merasa sehat dan tidak curiga bahwa mereka menderita penyakit. Pada stadium lanjut sistem imun individu tidak mampu lagi menghadapi infeksi oportunistik dan mereka terus menerus menderita penyakit minor dan mayor karena tubuhnya tidak mampu memberi pertahanan.

§  Skrining dan Pengobatan
Skrining semakin pro-aktif dilakukan pada ibu hamil sebagai bagian sasaran nasional pemerintah untuk mengurangi jumlah penularan ibu ke anak sampai 80% (DoH,2001 b).HIV diagnosis dengan uji darah anti bodi. Meskipun kondisi ini tidak dapat disembuhkan, namun terapi obat, seperti terapi dengan antiretrovirus tampaknya berhasil dalam menunda atau mengurangi beratnya infeksi dan mengurangi risiko penularan pertikal HIV dari ibu ke bayi (Shaffer et al., 1999:Brock lehurst, 2002 a).
§  Asuhan dalam Persalinan
a.       Praktisi harus menerapkan kewaspadaan universal apapun setatus HIV klein.
b.      Sesaria elektrik dapat mengurangi risiko penularan ke bayi sampai 50%.
§  Asuhan Setelah Kelahiran
a.       Menyusui meningkatkan 2 kali risiko penularan sehingga susu buatan sangat direkomendasikan (Dunn et al.,1992).
b.      Melakukan uji darah khusus yang dikenal sebagai reaksi rantai polimerase. Uji sensitif ini dapat mendeteksi virus HIV sendiri dan bayi dapat dilakukan uji pada usia 3 bulan, kadang lebih dini ( AVERT, 2003).
c.       Orang tua harus dinasehati mengenai potensi manfaat untuk memulai terapi anti retroviral.

II.3.2 Sifilis
Sifilis meningkat sesuai dengan peningkatan HIV karena skrining dan pengobatan antenatal rutin, maka efek penyakit ini bagi bayi sekarang menjadi jarang (Wang Smaill 2000).
Sifilis, yang gejala awalnya “Minor”, sering kali berkembang tanpa dilaporkan. Bila penyakit ini di biarkan tanpa penangannan, penularan dapat terjadi selama kehamilan yang biasanya selama trimester ke 3 atau selama kelahiran. Resiko bagi bayi bisa sangat berat dan sampai keguguran, lahir mati, kelahiran preterm, dan angka kematian perimata 20% (Wang dan smill 2000)
§  Tanda dan Gejala
a.       Primer-tungkak tidak nyeri muncul selain pembesaran limfonodi.
b.      Skunder-ruam disekitar vulfa atau anus dan pembesaran limfonodi.
c.       Sifilis tersier mengenai saraf pusat dan sistem kardiovaskuler.
§  Skrining dan Pengobatan
a.       Sifilis diuji saring dengan melakukan uji darah yang biasanya dilakukan pada ibu secara rutin.
b.      Penanganan meliputi dosis besar selama 14 sampai 21 hari.
c.       Setiap pasangan seksual sebelumnya harus dihubungi dan di tangani.
§  Asuhan setelah kelahiran
a.       Bila pengobatan pada ibu tidak diketahui, atau bila ibu tidak mendapat obat, ibu harus mendapatka terapi (Walker, 2002)
b.      Di antara bayi yang selamat,banyak yang menderita sifilis, yang dapat menyebabkan kecacatan fisik dan reterdasi mental (Enkin, 2000).
c.        
II.4 Mitos dan Fakta Kesehatan
Mitos
Fakta Kesehatan
Kanker seviks sama dengan kanker rahim
Kanker serviks dalah kanker yang tumbuh dari sel-sel serviks yang dapat berasal dari sel-sel di leher rahim tetapi dapat pula tumbuh di sel-sel mulut rahim atau keduanya.Sedangkan kanker rahim (kanker uterus) adalah tumor ganas yang terdapat di endometrium (lapisan terdalam rahim, tempat menempelnya ovum atau sel telur yang telah dibuahi).
Mengonsumsi timun dapat menyebabkan keputihan lebih banyak bahkan dapat menyebabkan kista
Mentimun secara medis tidak pernah terbukti sebagai penyebab keputihan atau becek pada organ intim wanita. Mentimun memiliki banyak kandungan vitamin A, B dan C. Selain itu mentimun juga memiliki kandungan mineral seperti mangan, silika, dan potasium yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan kehalusan kulit serta membantu pengobatan pada diabetes.












BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Di Indonesia telah disahkan 9 kompetensi kebidanan yang harus dipahami dan dipenuhi oleh bidan maupun calon bidan. Salah satu standar kompetensi tersebut adalah mengenai asuhan bagi ibu dengan gangguan kesehatan reproduksi.
Dari pembahasan dalam makalah dapat disimpulkan bahwa sebagai tenaga medis kita harus bisa menyadarkan atau memberi penjelasan kepada seorang wanita terutama pada ibu hamil karena, ibu hamil harus lebih bisa menjaga kesehatan terutama pada organ reproduksi. Ibu hamil juga harus sering memeriksakan atau berkonsultasi kepada tenaga kesehatan seperti bidan atau dokter, karena jika organ reproduksi tidak terjaga dengan baik maka akan menimbulkan berbagai penyakit dan berdampak buruk pada ibu atau bayi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar